September 4

FUN RAFTING SUNGAI ELO MAGELANG

Rafting-Kali-Elo-di-Magelang

Mengawali pagi hari, dihari sabtu saya  mengikuti acara fun rafting yang diadakan oleh PALMAE  (pencinta alam mahasiswa ekonomi ) FEB UGM.  Sore  sebelumnya  saya mengikuti briefing di sekre mengenai wajib rafting ini.  Saat itu dibahas materi terkait rafting seperti  rescue, hit&run, scoting, arung jeram, serta dayung. Saya mendengarkan dengan seksama materi yang di bahas, dan lumayan susah membayangkan apa yang dimaksud. Hati saya sedikit takut, sehingga saya sedikit ragu-ragu untuk mengikuti wajib rafting tersebut. Tapi  mendeengar perkataanm alumni dan sesepuh PALMAE  “ Gapapa kok, jangan takut. Yang penting izin orang tua dan banyak doa. Kesalahan teknik gapapa namanya juga baru belajar. Tapi intinya jangan main-main dengan nyawa. Seru kok, dinikmatin aja”. Wah setelah denger kalimat itu saya bingung antara  perasaaan gelisah tapi tetap   ingin mencoba.  Wajib rafting ini aktivitas value added bagi saya karena banyak hal yang saya belum tahu, dan diajarkan disini. Disini saya menjadi lebih paham apa itu morfologi sungai, cara mendayung dengan benar,  cara flip flop( membolak-balikkan perahu),jenis-jenis batu, bagian-bagian perahu, dan nama-nama alat seperti dry bag, throw bag.

Singkat cerita, di hari sabtu saya dan teman saya candra sudah di sekre sejak jam 7 pagi. Memang maklum ini waktunya pasti selalu molor, belum lagi budaya organisasinya memang tidak terorganisir dengan baik kalo bidang waktu dan administrasi. Menunggu kurang lebih 2 jam akhirnya datang pasukan lain yaitu mas iman, iqbal, toni, sukro dan johan. Segeralah kami mempersiapkan alat dan meluncur ke lokasi menggunakan motor. Lokasinya yaitu di basecamp mendut rafting  daerah magelang. Saya baru tahu dibasecamp tersebut  yang menjadi skipper  ternyata banyak anak-anak muda khususnya mapala  yang masih nyambi kuliah. Dan juga  saya baru tau maksud istilah skipper itu adalah seorang guide dalam rafting. Cukup memalukan, karena saya  mengira skipper itu adalah sejenis alat wkwk 😀

Sebelum mulai wajib rafting ini kami disuguhkan makanan untuk pengisi tenaga, lalu setelah makan   kami lanjut stretching ringan. Sekitar jam 11 kami diangkut menuju lokasi starting point untuk rafting menggunakann mobil yang atapnya diikat dengan 2 perahu besar. Mobilnya cukup penuh karena kami ketambahan personil yaitu mas kuncah, mas acong dan mas radit. Akhirnya dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit kami sampai di starting poin. Lalu kami dibagikan pelampung, helm dan dayung. Sebelum memulai acara kami dibriefing kembali dengan skippernya yaitu mas bemo dan dolang (kalo ga salah namanya ). Disini kami diberitahu sop terkait latihan rafting, teknik-teknik serta materi yang mendukung. Bagian pertama kami mencoba praktek arung jeram dan renang aktif disungai. Kedua kami praktek merescue seorang dan direscue, bagian ketiga kami praktek mendayung disungai. Hal ini cukup melelahkan bagi saya karena baru pertama kali. Mas skippernya mengevaluasi teknik dayung kita, dan selanjutnya  diajarkan  teknik yang benar. Teknik dayung yang benar, seperti cara tangan memegang dayung yaitu ibu jari di ruas kiri T dan sisa jari menggenggam, cara mendayung tidak menggunakan kekuatan tangan karena akan cepat lelah, dan  seharusnya menggunakan  otot perut sehingga ketika maju kita harus membungkuk dan mundur punggung harus sedikit seperti posisi tidur. Berkali-kali  kami latihan bolak-balik disuatu daerah sungai itu saja dan hal ini cukup membuat saya  bosan.

Akhirnya kami memulai perjalanan rafting dengan 2 perahu  dan ditemani 2 skipper.  Di perahu 1 ada saya, mas kuncah, mas radit, johan dan  sukro. Dan perahu 2 ada candra, johan, toni, iqbal dan mas acong. Perahu kami berjalan beriringan mengikuti arus sungai Elo. Dibalut dengan pemandangan jembatan yang klasik,  suara gemuruh air, angin yang sepoi-sepoi dan suara burung yang berlalu lalang menjadi saksi perjalanan kami. Saya merasa seperti menjadi sebuah objek dalam sebuah lukisan yang sering saya lihat dibeberapa museum seni. Sembari mendayung maju, mundur, dan tarik saya sangat menikmati rafting kali ini. Sampai-sampai skipper diperahu saya bersenda gurau mengatakan saya melamun. Sungguh karunia Tuhan, saya dapat bertegur sapa dengan alam. Sesekali terlintas kenangan masa kecil saya, ketika Ayah saya mengajak bermain dan mandi ke tukad (sungai). Saya merasakan kembali kebahagian yang dulu saya rasakan. Melihat beberapa orang mandi, mencuci serta memancing membuat saya semakin rindu dengan desa saya, Bangli.  Saya mengamati anak-anak kecil  tertawa riang berebut ban yang dijadikannya  pelampung. Beberapa sisanya saling bermain air, mencari-cari entah apa yang tersimpan dalam sungai Elo.

arung-jeram-Elo-progo-rafting

Kembali kecerita, sambil megikuti arus sungai, skipper kami memberikan materi tentang aliran sungai, dan dikenalkan istilah – istilah seperti pillow, stopper, dan entahlah. Sisanya saya susah untuk mengingatnya. Kami belajar hit & run ( membaca arus ketika mau ke arung jeram)  dengan membaca jalan mana yang akan di pilih ketika banyak bebatuan. Saat itu saya mendapat insight perlunya management power tiap personil dalam mendayung. Hal ini supaya perahu dapat berjalan lurus mengikuti aliran sungai. Setelah 5 jeram  besar  kami lewati, lalu kami beristirahat sejenak di rest area. Kami disuguhkan kelapa muda dan beberapa jenis jajanan basah. Rasanya sungguh nikmat dan segar ketika tenaga terkuras habis untuk mendayung lalu perut diisi ulang dengan lemper&kelapa muda. Yang menjadi PR setelah istirahat &makan yaitu loncat dan arung jeram di arus yang bisa dikatakan cukup deras. Satu persatu personil loncat, terjun kesungai, mengikuti arus dan renang aktif menuju bibir sungai.  Singkat cerita tibalah saatnya giliran saya. Derasnya arus sungai membuat saya &candra takut dan berniat untuk tidak mencoba. Namun setelah melihat yang lainnya dengan santainya loncat saya menjadi penasaran. Akhirnya  dengan kemantapan hati dan doa saya mencoba meloncat, mengikuti intruksi dari skipper. Ternyata cukup asik, seru namun tetap meremukkan beberapa bagian badan saya karena terbentur batu. Saya sempat terbawa arus karena kurang agresif dalam berenang. Kendalanya yaitu helm yang saya pakai ketika berenang menutupi penglihatan saya. Ini cukup membuat saya kesal dan terganggu dalam berenang. Sehingga skipper kemudian merescue saya dengan perahu agar tidak terlalu jauh terbawa arus.

img_20120207131436_4f30c14ceae49

Setelah melewati tantangan tersebut, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju garis finish. Sesi ini kami lebih cepat dari sebelumnya karena matahari sudah ingin beristirahat dari tugasnya. Langit semakin gelap, menunjukkan pukul 6.10 melewati maghrib. Arus sungai beberapa mulai berubah sehingga ketika mendekati garis finish kami kesusahan untuk melewati arung jeram. Banyak pillow yang tak terlihat sehingga butuh  tenaga ekstra untuk memindahkan perahu kami yang nyangkut. Kami secara rensponsif pindah kedepan, kebelakang, kanan, maupun kiri untuk melewati arung jeram terakhir ini.

Sesampainya digaris finish, cahaya semakin gelap kami bergegas naik menuju mobil. Saya ditugaskan membawa dayung keatas, dan personil yang cowok membawa perahu naik melewati tangga. Kami balik ke basecamp untuk beristirahat sejenak, memulihkan tenaga dan membersihkan diri. Saya dan candra segera berebut kamar mandi, membersihkan diri dan mengganti pakaian. Lalu kami makan malam bersama dan ditutup dengan evaluasi dari skipper dan ketua PALMAE.  Pukul 08.15 saya dan candra balik ke Jogjakarta dengan sepeda motor. Dalam perjalanan kami saling bercerita kesan pesan kami mengikuti wajib rafting kali ini. Akhir dari cerita saya dan candra yaitu “penyemangat kami hanya 2 yaitu reza dan abi”. Sebari menunggu lampu merah, hati saya berdebar, tertawa kecil, dan tersipu malu. Entah kenapa, ada yang membuat hari saya spesial dihari ini.

May 19

External goes to Bali

Sebuah kesempatan yang luar biasa bisa melayani keluarga kedua, External Departement IKAMMA 2015 berlibur di Bali. Meskipun hanya bisa bantu dalam hal akomodasi, tapi aku berharap semoga liburan singkat  ini benar-benar mengesankan buat kalian semua. Kalian keluargaku di  tanah perantauan sekaligus sebagai tamu spesialku di tanah asalku. Kedatangan kalian memberiku pengalaman untuk menjadi sesosok guide yang seperti orang-orang bilang.  Menyediakan tempat bobo, menjadi guide dibeberapa tempat, sampai menjadi sahabat waze dan google maps dalam perjalanan kalian. Semoga fungsi diriku dalam liburan kemarin sesuai dengan ekspetasi kalian ya!:)

Semoga kekurangan dalam perjalanan kemarin dapat dibenahi diperjalanan selanjutnya ya, Ex. Terima kasih juga Amanda Rizka sudah menyediakan waktunya buat bikin video ini. Harapannya video dokumenter ini dapat menghibur kita Ex disaat waktu tak mengizinkan kita berkumpul lagi.  Until next time, External. See u on top!

May 19

Tokoh Inspirasi

maxresdefault

Siapa yang tak kenal beliau? saya pikir sebagian besar mahasiswa mengetahui beliau melalui post beliau yang menggunggah hati yang disebarkan melalui social media LINE.  Postnya sungguh menantang, meyadarkan diri sendiri bahwa itu memang ‘benar adanya’. Awalnya saat malam hari ketika ingin tidur sempat saya menscroll timeline Seorang teman saya membagikan sebuah post dan berkomentar sehingga membuat saya semakin penasaran. Saya membaca post yang dibagikan tersebut. Dan kata demi kata saya baca. Kata-kata yang disambungkan menjadi sebuah kalimat membuat saya semakin malu dan tidak sabar ingin menghabisinya. Ini sungguh luar biasa, bisik hati kecil saya. Post ini memang cocok dengan judulnya.  Memang benar sesekali mahasiswa perlu digampar, saya mengangguk tanpa sadar. Penasaran ? Berikut ini link nya  : https://madeandi.com/2013/10/17/sekali-sekali-mahasiswa-memang-perlu-digampar/. Silahkan dibaca, semoga dapat menginsiprasi dan menjadi bahan evaluasi bagi mahasiswa lainnya.

Eits.. tapi sebelumnya saya ingin mengulas sedikit alasan mengapa saya  mengagumi beliau. Memang awal mulanya berawal dari cerita diatas. Mengapa saya terkesan pada beliau ? dimata saya beliau sesosok orang  yang  cukup ganteng 😀 dan dapat memberi gambaran tentang hidup yang lebih layak. Saya pernah sekali datang kerumah beliau untuk sekedar sharing dengan mahasiswa lainnya. Saat hari itu beliau menceritakan sekilas tentang perjalanan hidupnya. Dengan gaya bahasa yang menarik, ramah,  serta sedikit lelucon beliau menceritakan sekilas pengalaman mulai dari beliau memasuki bangku kuliah, mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi keluar negri, sampai pada sekarang beliau menjadi sahabat Ibu rektor dan menjadi tokoh penting yang tercium baunya dinegri ini. Beliau merupakan ayah saya ditanah perantauan. Meskipun tidak pernah berkabar melalui telepon, sms, layaknya seorang ayah sebenarnya, namun  tulisan-tulisan lewat http://www.madeandi.com sungguh menemani saya dalam menjalani hari saya. Setiap hari saya ‘kepo’ serta mengira-ngira apa yang akan menjadi post beliau selanjutnya.  Sampai saat ini pun saya masih aktif mengunjungi blog beliau yang tak kunjung habisnya. Layaknya melihat teman saya yang tergila-gila dengan ‘k-pop’ maupun korean drama. Saya pun sungguh tergila-gila dengan beliau. Beruntungnya Bapak Andi, memiliki fans diam-diam seperti saya :D. Tetap menjadi tokoh inspirasi ya pak! <3

May 19

Sungai

 

Aku bersahabat dengan sebuah sungai. Sejak muncul dari mata air di gunung itu, ia segera mengenalku dan tampaknya telah jatuh cinta padaku. Ia tidak bertepuk sebelah tangan. Tentu, aku tidak tahu mengapa. Pada hakikatnva, ia baik, meskipun perangainya suka berubah-ubah menurut penilaian sementara orang. Ia menjalani hidup yang sukar. Begitu muncul dari mata air, ia harus mencari jalannya sendiri, meliuk-liuk, terus bergerak agar tetap dianggap sebagai sungai. Kami selalu bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang ditempuhnya. Katakanlah, kesukaran hidupnya. Lereng gunung, hutan, daerah yang terjal berbatu-batu lembah yang tak terbayangkan luasnya-malah di beberapa tempat ia harus terjun beberapa ratus meter tingginya. Dan orang merayakannya.

Di musim hujan, air yang tercurah dari langit sering tidak bisa ditampungnya. Bahkan, ia yang berasal dari mata air di gunung itu seolah-olah lenyap begitu saja dalam banjir yang konon bisa menghanyutkan apa saja. Tetapi ia tidak pernah mengeluh dan oleh karenanya aku, bahkan, semakin mencintainya. Di dalam perjalanan hidupnya yang sukar itu, aku senantiasa menemaninya. Aku diam-diam mencintai kelokan-kelokannya yang jika dipandang dari atas, tampak seperti lukisan abstrak. Aku diam-diam mengagumi suara riciknya ketika ia bernyanyi menghindari bebatuan, disaksikan oleh pohonan rindang yang suka tumbuh di sepanjang tepinya. Apalagi, jika kebetulan ada beberapa ekor burung yang berkicau di ranting-ranting pohonan itu. Aku, ter-utama sekali, suka diam-diam terpesona oleh gemuruh suaranya. Ketika ia harus terjun dari ketinggian ratusan meter itu, mengingatkanku pada beberapa penggal sampak dalam gending Jawa dan simfoni Bethoven. Di beberapa tempat ,ia, bahkan, menggodaku untuk terjun ke airnya yang jernih dan tenang; ini adalah puncak cinta kita, katanya.

Singkat kata, kami senantiasa bersama-sama. Sampai pada suatu waktu ketika kami harus menyeberangi sebuah padang pasir. Ia tampak bingung gamang. Seperti putus asa. Bujukanku tak mempan; aku akan lenyap dan meninggalkanmu, katanya. Tidak, kau akan menyusup di bawah samudra pasir itu dan tidak lenyap, kataku. Aku sendiri, sebenarnya, agak ragu-ragu dan cemas. Namun, aku yakin bahwa cinta kami tidak mungkin dipisahkan, bahkan, oleh padang pasir. Kami pun ternyata memang harus berpisah meskipun tetap saling mencintai. Katanya, ia akan menyusup di bawah samudra pasir itu sementara aku diharapkannya untuk terus saja menempuh perjalananku. Dalam perjalananku di bawah matahari yang terik, yang selama ini telah menjadi saksi cinta kami, kami bisa saja bertemu dan melepas rindu. Untuk itu, aku harus menggali dan terus menggali, tanpa putus asa, agar bisa mencapainya jauh di bawah sana. Hanya dengan begitu, ia bisa muncrat ke atas dan menjelma genangan air kecil; itulah wujud cinta kami.

Sapardi Djoko Damono

May 17

Dustamu

Saat aku memejamkan mata

Aku membayangkan surga bahagia saat dicintaimu, juga saat mencintaimu.

Semuanya terasa begitu indah, terasa sempurna.

Seperti cerita cinta sepanjang masa

Aku bersyukur takdir membuatku jatuh cinta padamu.

 

Namun semakin lama mata ini terpejam,

Air mata ini malah jatuh perlahan-lahan.

Aku menangis, kini teringat akan setiap perih yang ditorehkan dustamu dihatiku.

Tak sekali dua kali aku mencoba membuat pembenaran,

Menciptakan alasan bahwa kau mungkin tidak bersungguh-sungguh melukaiku.

Kau bahkan tidak mencoba membela dirimu.

Kau menundukkan kepala, membisu.

 

Dan kini lihat, aku menertawakan diriku sendiri.

Betapa ironisnya hidup ini sayangku,

Kau yang selalu bisa membuatku tertawa justru

Kau juga yang paling bisa membuatku menangis.

May 16

CERITA  IBU

Dari diriKu sendirilah alam semesta ini tercipta. Aku membuat sebuah gerakan, namun tetap berada dalam kesejatian-Ku. Dari gerakan ini memproyeksikan diriKu menjadi banyak rupa dialam semesta.

Dalam “rupa” ( manusia, hewan, tumbuhan, dsb) ini aku sendirilah yang berstana, aku sendirilah yang bekerja, aku pula yang mencipta dan aku sendiri yang menghancurkan. Aku menciptakan dua sisi gambaran (baik dan buruk) hanya agar keduanya kembali lagi kepadaKu. Bagiku tak seorangpun berbeda, tak seorang pun dekat maupun jauh, tak seorang pun milikku bukan pula milikku. Semuanya sama apapun wujud mereka, apapun peran mereka. Aku sepenuhnya melebur dalam diri manusia. Dari yang paling cerdas hingga bebatuan, semuanya bisa melihat kehadiranku jika aku menghendakinya. Aku melebihi kemampuan memahami dan berfikir, diluar emosi. Melebihi bayangan dan kasih yang dapat dialami oleh tubuh,pikiran, hati dan akal budi seseorang. Apapun yang kau alami merupakan pandangan sekilas dari perluasanKU.

pray1

Jangan menangis, jangan pernah takut. Selalulah yakin akan apa yang telah aku katakan kepadamu. Aku tak dapat dihancurkan.. aku telah datang untuk kebaikanmu dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Bebaslah dari rasa takut, janganlah gentar dan percayalah padaKU. Aku selalu bekerja hanya untuk dirimu. Kau adalah nafasku, kau adalah anak-anakku dan aku tidak akan pernah menjauh darimu.

Saat ini dimana-mana terdapat penderitaan akibat tindakan amoral. Pikiran manusia perlahan-lahan menghancurkan kedamaiannya sendiri. Bahkan mereka yang tidak bersalah telah menderita akibat beberapa dari mereka mengabaikan panggilan atma (jiwa) didalam diri mereka. Tapi aku masih tetap merupakan ibu dari semuanya. Keduanya. Baik bagi yang baik maupun yang buruk merupakan anak-anakKU, dimana yang satu perlu aku lindungi dan yang lain perlu aku perbaiki.

Nama tuhan, ketika dicantingkan dapat melepas energi negative yang terus menerus memenuhi dunia saat ini. Aku selalu dalam keadaan bahagia, mengingatmu, memikirkan keselamatanmu. Namun kau sering kali mengingatku ketika dalam keadaan sulit. Namun, bagaimana mungkin aku memberimu kesulitan ?

Aku adalah ibumu. Aku selalu memperhatikan kesejahteraanmu. Melihat setetes air matamu membuatku tergesa-gesa datang kesisimu. Aku selalu berada disisimu. Namun kau tidak bisa melihatKu karena pandanganmu tertuju pada dunia (kefanaan ) ini.

Kau tiada lain adalah diriku. Untuk menghilangkan energi negatif kau harus mengingat nama tuhan. Kau mengingatKu, berdoa dan dengan itu tetap berada dalam pikiran yang suci. Hanya dengan energi positif yang keluar dari dirimu maka seluruh masalah dan bencana yang kau atau orang-orang yang kau kasihi  hadapi akan sirna.

Jangan mengkhawatirkanKu. Ingatlah bahwa aku selalu bersamamu. Kau adalah nafasku. Aku ingin melihat kalian bersatu dengan mangasihi satu sama lain dengan kasatuan yang utuh dan yakinlah bahwa kau berada dalam payung perlindunganku. Aku merahmatimu sekarang dan selamanya.

 

Terinspirasi dari  Wacana Bhagawan Sri Satya Sai Baba

 

May 14

Andai?

kakek-tua

Aku berjalan menghampiri sebuah ruang kosong yang telah ditinggalkan oleh sang pemilik yang lama. Kulihat sebuah kursi kayu tua berdebu tertidur dalam sunyinya ruang kosong itu. Andai benda itu dapat berbicara, aku rela memberi apapun demi mendengar pengakuan sang kursi kayu. Seingat ku, ia tak pernah berpindah dari tempat itu, tak satu pun penghuni yang lalu memiliki keinginan untuk memindahkannya ketempat yang lebih bahagia. Setidaknya sang kursi dapat berbangga hati karena yang duduk diatasnya merasa bahagia, bukan menahan kesedihan. Andai kursi itu memiliki jiwa, andai kursi itu mampu berbicara, andai kursi itu dapat melangkahkan keempat kaki yang ia punya. Kadang aku berpikir mengapa benda mati disebut sesuatu yang mati? Padahal terkadang mereka lebih hidup dan lebih jujur memberikan saksi. Namun sekali lagi, andaikan ia dapat berbicara. Kembali ku berpikir, apakah ia akan lari dengan keempat kakinya bila ia dapat melangkahkan kaki-kakinya saat melihat kejadian-kejadian yang mengerikan dalam ruangan itu? Lalu kemanakah ia akan pergi? Apakah ia akan lari untuk memberikan sebuah saksi atas apa yang terjadi? Atau malah ia hanya berdiam dan menahan tangis akan kejadian yang ia lihat? Andai kursi itu memiliki jiwa.

Kulihat seorang lelaki tua berjalan mendekat menghampiriku dengan seekor anak anjing bersamanya. Siapa dia? Kurasa lelaki tua itu tak asing dalam keseharianku. “Kakek?” Lelaki tua itu tersenyum kepadaku.

“Kapan pulang?” Lelaki tua itu bertanya memunggungiku sambil mengelus-elus anak anjing yang bersamanya menghampiriku.

“Kemarin, kek.” Sudah lama aku tak bertemu dengannya, sangat lama. Dia mengasuhku sejak aku dilahirkan, orang tua ku selalu sibuk dengan hari-harinya. Hanya bisa bertemu saat berangkat kesekolah dan saat pergi tidur, sisanya kuhabiskan waktu ku bersama kakek ku. Dia mengajarkan banyak hal, satu hal yang sangat aku ingat bahwa ia selalu mengajarkanku untuk menjadi manusia yang bijaksana saat aku tumbuh besar nanti. Tapi, tunggu dulu. Sudah lama sekali aku tak bertemu dengan kakek. Kemana dia? Atau aku kemana? Berusaha ku ingat-ingat mengapa namun ku tak bisa. Tak ada ingatan tentangnya, bagaimana kami berpisah atau bagaimana kami saling meninggalkan. Sudahlah, untuk apa aku menyibukkan diri untuk mengingat-ngingat hal itu bukannya kakek ada disini sekarang. Di sebuah ruang kosong bersama ku dengan anak anjing yang bersamanya serta kursi kayu tua yang sejak tadi kupandangi.

“De, kira-kira kita beri nama siapa ya dia? Tadi ada yang membuangnya” Sejak tadi ia masih mengelus-ngelus anjing itu. Anjing itu terlihat sangat bahagia memiliki tuan baru dan itu kakek. Dan mungkin ia akan tumbuh menjadi anjing yang bijaksana diantara anjing-anjing yang ada di kota kami, karena kupikir kakek akan mendidiknya menjadi seperti itu. Tapi terdengar terlalu berangan-angan membayangkan seekor anjing menjadi bijaksana dan bagaimana kebijaksanaan seekor anjing? Mungkin ia tidak akan menggonggong saat pencuri masuk ke dalam rumah saat tengah malam karena anjing itu memilih untuk tetap diam dan melihat pencuri itu mengambil semua benda yang dapat diambilnya. Jika dia menggonggong tentu akan membangunkan sang tuan dari tidur lelapnya dan jika ia mengejar pencuri itu lalu menggigitnya tentu sang anjing yang bijak itu akan menyakiti pencuri itu. Atau mungkin ia tetap memilih untuk tetap diam dan berpikir bahwa sang pencuri lebih membutuhkan barang-barang yang akan dicurinya karena ia bisa menjualnya untuk kebutuhan keluarganya yang barangkali tidak makan berhari-hari karena tidak memiliki uang. Mungkin saja, tapi aku tak tahu, dan tidak mungkin bisa mengetahui bagaimana jalan pikiran seekor anjing dan bahkan seekor anjing yang bijaksana.

“Edmund? Bagaimana kek?” Aku menjawab sambil menahan tawa karena imajinasi ku akan bagaimana anjing itu kelak yang membuatku seperti orang aneh karena memikirkan hal aneh seperti itu.

“Edmund?”

“Iya kek, itu tokoh kesukaan ku dalam buku The Chronicles of Narnia”

“Lucky, bagaimana? Karena ia beruntung masih diberi kesempatan untuk memiliki tuan dan tempat tinggal.”

“Terserah kakek sih, kan kakek yang bakal merawatnya.” Lalu kakek menatapku dengan senyumnya yang tak pernah berubah sejak dulu.

Anak anjing itu menghampiriku, sangat bersahabat, ia mengibas-ngibaskan ekornya pertanda ia sangat senang akhirnya ia berada diantara kami. “Kek, punya roti atau susu? Kayaknya Edmund… eh Lucky lapar.” Kakek sudah tak berada di tempatnya tadi ia berdiri. Kulihat sekeliling, tak ada siapa-siapa. Kosong, gelap, hanya aku, anak anjing yang datang bersama kakek, dan kursi kayu tua yang masih tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Sungguh sayang, aku tak dapat berbincang banyak dengan kakek, bahkan menanyakan kabarnya pun aku tak sempat dan apa lagi aku mengungkapkan kalau aku sangat senang bertemu dengannya lagi. Andai aku memiliki ekor seperti anak anjing ini. Tentu ekor ku berdiri melambai-lambai saat kakek ada di depan ku tanpa berbicara dia tentu tahu aku sangat senang bertemu dengannya lagi. Andai aku memiliki ekor seperti anak anjing ini. Tentu aku tak perlu mengatakan bagaimana perasaanku kepada orang-orang karena mereka dapat melihatnya dari gerak ekor yang seperti anak anjing ini.

Aku kembali menatap kursi kayu tua yang tertidur itu. Kupejamkan mata ku dan mengingat membayangkan bagaimana kejadian-kejadian yang ada dalam ruang kosong ini. Lalu ku buka mata ini, dan terkaget aku sedang terbaring di atas tempat tidurku. Ternyata tadi semua hanya mimpi ku di siang bolong. Oh iya, Kakek? Sekarang kuingat dia telah lama tiada. Andai aku memiliki ekor seperti anak anjing itu, pasti saat ini ekorku terjatuh lesu karena dilanda kesedihan akan kenangan seseorang yang bersamaku dan mengasuhku sejak kecil telah tiada sejak lama. Kulihat anak anjing itu telah tumbuh dewasa, Lucky sedang tertidur di pojok ruang kamarku. Apakah ia tumbuh menjadi anjing yang bijaksana? Aku tak pernah memusingkannya semenjak kakek telah meninggalkan kami. Kembali teringat akan ruang kosong dalam mimpiku. Ruang itu adalah tempat dimana orang tuaku selalu bersama setiap harinya dan akhirnya ruangan itu mengusir mereka untuk berpisah. Kursi itu akhirnya berdiri kembali dan bahagia menatap danau di belakang rumahku. Andai ia dapat memiliki jiwa tentu ia merasakan itu. Dan aku memilih lari seperti andaian sang kursi kayu tua. Lari dari kenangan yang menghancurkan keluarga kecilku, namun aku memilih diam tak memberi saksi seperti andaian sang kursi kayu tua. Hingga saat ini, aku masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi namun aku tak tahu siapa yang mampu berikan sebuah saksi akan kejadian-kejadian tersebut. Mengapa benda mati disebut sesuatu yang mati? Terkadang ia lebih hidup dan lebih jujur memberikan sebuah saksi. Andai ia dapat berbicara. Sang kursi kayu tua tentu memarahiku karena pilihanku yang tidak bijaksana seraya ia bersaksi kepadaku.

by:endykumara

May 14

Mengikhlaskanmu

Ini cinta yang sulit,

Kau dan aku ditakdirkan tak saling memiliki

Aku tak bisa mencintaimu seperti yang aku mau.

 

Namun, ketika dia hadir dalam hidupmu- diantara kita

Akupun sadar kebahagiannku pelan-pelan akan memudar.

Betapa tidak, dia bisa memberimu cinta dan perhatian

Menggenggam tanganmu hingga akhirnya kau terlelap disisinya.

Dia melakukan semua yang ingin aku berikan padamu.

 

Dan hari ini, aku memandangi senja pertama yang kunikmati tanpa dirimu.

Aku belajar berbahagia untukmu.

Dia yang paling tepat. Dan aku tahu itu.

Tapi,

Bagaimana denganku ?

Bagaimana caraku bahagia tanpa dirimu?