FUN RAFTING SUNGAI ELO MAGELANG
Mengawali pagi hari, dihari sabtu saya mengikuti acara fun rafting yang diadakan oleh PALMAE (pencinta alam mahasiswa ekonomi ) FEB UGM. Sore sebelumnya saya mengikuti briefing di sekre mengenai wajib rafting ini. Saat itu dibahas materi terkait rafting seperti rescue, hit&run, scoting, arung jeram, serta dayung. Saya mendengarkan dengan seksama materi yang di bahas, dan lumayan susah membayangkan apa yang dimaksud. Hati saya sedikit takut, sehingga saya sedikit ragu-ragu untuk mengikuti wajib rafting tersebut. Tapi mendeengar perkataanm alumni dan sesepuh PALMAE “ Gapapa kok, jangan takut. Yang penting izin orang tua dan banyak doa. Kesalahan teknik gapapa namanya juga baru belajar. Tapi intinya jangan main-main dengan nyawa. Seru kok, dinikmatin aja”. Wah setelah denger kalimat itu saya bingung antara perasaaan gelisah tapi tetap ingin mencoba. Wajib rafting ini aktivitas value added bagi saya karena banyak hal yang saya belum tahu, dan diajarkan disini. Disini saya menjadi lebih paham apa itu morfologi sungai, cara mendayung dengan benar, cara flip flop( membolak-balikkan perahu),jenis-jenis batu, bagian-bagian perahu, dan nama-nama alat seperti dry bag, throw bag.
Singkat cerita, di hari sabtu saya dan teman saya candra sudah di sekre sejak jam 7 pagi. Memang maklum ini waktunya pasti selalu molor, belum lagi budaya organisasinya memang tidak terorganisir dengan baik kalo bidang waktu dan administrasi. Menunggu kurang lebih 2 jam akhirnya datang pasukan lain yaitu mas iman, iqbal, toni, sukro dan johan. Segeralah kami mempersiapkan alat dan meluncur ke lokasi menggunakan motor. Lokasinya yaitu di basecamp mendut rafting daerah magelang. Saya baru tahu dibasecamp tersebut yang menjadi skipper ternyata banyak anak-anak muda khususnya mapala yang masih nyambi kuliah. Dan juga saya baru tau maksud istilah skipper itu adalah seorang guide dalam rafting. Cukup memalukan, karena saya mengira skipper itu adalah sejenis alat wkwk 😀
Sebelum mulai wajib rafting ini kami disuguhkan makanan untuk pengisi tenaga, lalu setelah makan kami lanjut stretching ringan. Sekitar jam 11 kami diangkut menuju lokasi starting point untuk rafting menggunakann mobil yang atapnya diikat dengan 2 perahu besar. Mobilnya cukup penuh karena kami ketambahan personil yaitu mas kuncah, mas acong dan mas radit. Akhirnya dengan waktu tempuh kurang lebih 20 menit kami sampai di starting poin. Lalu kami dibagikan pelampung, helm dan dayung. Sebelum memulai acara kami dibriefing kembali dengan skippernya yaitu mas bemo dan dolang (kalo ga salah namanya ). Disini kami diberitahu sop terkait latihan rafting, teknik-teknik serta materi yang mendukung. Bagian pertama kami mencoba praktek arung jeram dan renang aktif disungai. Kedua kami praktek merescue seorang dan direscue, bagian ketiga kami praktek mendayung disungai. Hal ini cukup melelahkan bagi saya karena baru pertama kali. Mas skippernya mengevaluasi teknik dayung kita, dan selanjutnya diajarkan teknik yang benar. Teknik dayung yang benar, seperti cara tangan memegang dayung yaitu ibu jari di ruas kiri T dan sisa jari menggenggam, cara mendayung tidak menggunakan kekuatan tangan karena akan cepat lelah, dan seharusnya menggunakan otot perut sehingga ketika maju kita harus membungkuk dan mundur punggung harus sedikit seperti posisi tidur. Berkali-kali kami latihan bolak-balik disuatu daerah sungai itu saja dan hal ini cukup membuat saya bosan.
Akhirnya kami memulai perjalanan rafting dengan 2 perahu dan ditemani 2 skipper. Di perahu 1 ada saya, mas kuncah, mas radit, johan dan sukro. Dan perahu 2 ada candra, johan, toni, iqbal dan mas acong. Perahu kami berjalan beriringan mengikuti arus sungai Elo. Dibalut dengan pemandangan jembatan yang klasik, suara gemuruh air, angin yang sepoi-sepoi dan suara burung yang berlalu lalang menjadi saksi perjalanan kami. Saya merasa seperti menjadi sebuah objek dalam sebuah lukisan yang sering saya lihat dibeberapa museum seni. Sembari mendayung maju, mundur, dan tarik saya sangat menikmati rafting kali ini. Sampai-sampai skipper diperahu saya bersenda gurau mengatakan saya melamun. Sungguh karunia Tuhan, saya dapat bertegur sapa dengan alam. Sesekali terlintas kenangan masa kecil saya, ketika Ayah saya mengajak bermain dan mandi ke tukad (sungai). Saya merasakan kembali kebahagian yang dulu saya rasakan. Melihat beberapa orang mandi, mencuci serta memancing membuat saya semakin rindu dengan desa saya, Bangli. Saya mengamati anak-anak kecil tertawa riang berebut ban yang dijadikannya pelampung. Beberapa sisanya saling bermain air, mencari-cari entah apa yang tersimpan dalam sungai Elo.
Kembali kecerita, sambil megikuti arus sungai, skipper kami memberikan materi tentang aliran sungai, dan dikenalkan istilah – istilah seperti pillow, stopper, dan entahlah. Sisanya saya susah untuk mengingatnya. Kami belajar hit & run ( membaca arus ketika mau ke arung jeram) dengan membaca jalan mana yang akan di pilih ketika banyak bebatuan. Saat itu saya mendapat insight perlunya management power tiap personil dalam mendayung. Hal ini supaya perahu dapat berjalan lurus mengikuti aliran sungai. Setelah 5 jeram besar kami lewati, lalu kami beristirahat sejenak di rest area. Kami disuguhkan kelapa muda dan beberapa jenis jajanan basah. Rasanya sungguh nikmat dan segar ketika tenaga terkuras habis untuk mendayung lalu perut diisi ulang dengan lemper&kelapa muda. Yang menjadi PR setelah istirahat &makan yaitu loncat dan arung jeram di arus yang bisa dikatakan cukup deras. Satu persatu personil loncat, terjun kesungai, mengikuti arus dan renang aktif menuju bibir sungai. Singkat cerita tibalah saatnya giliran saya. Derasnya arus sungai membuat saya &candra takut dan berniat untuk tidak mencoba. Namun setelah melihat yang lainnya dengan santainya loncat saya menjadi penasaran. Akhirnya dengan kemantapan hati dan doa saya mencoba meloncat, mengikuti intruksi dari skipper. Ternyata cukup asik, seru namun tetap meremukkan beberapa bagian badan saya karena terbentur batu. Saya sempat terbawa arus karena kurang agresif dalam berenang. Kendalanya yaitu helm yang saya pakai ketika berenang menutupi penglihatan saya. Ini cukup membuat saya kesal dan terganggu dalam berenang. Sehingga skipper kemudian merescue saya dengan perahu agar tidak terlalu jauh terbawa arus.
Setelah melewati tantangan tersebut, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju garis finish. Sesi ini kami lebih cepat dari sebelumnya karena matahari sudah ingin beristirahat dari tugasnya. Langit semakin gelap, menunjukkan pukul 6.10 melewati maghrib. Arus sungai beberapa mulai berubah sehingga ketika mendekati garis finish kami kesusahan untuk melewati arung jeram. Banyak pillow yang tak terlihat sehingga butuh tenaga ekstra untuk memindahkan perahu kami yang nyangkut. Kami secara rensponsif pindah kedepan, kebelakang, kanan, maupun kiri untuk melewati arung jeram terakhir ini.
Sesampainya digaris finish, cahaya semakin gelap kami bergegas naik menuju mobil. Saya ditugaskan membawa dayung keatas, dan personil yang cowok membawa perahu naik melewati tangga. Kami balik ke basecamp untuk beristirahat sejenak, memulihkan tenaga dan membersihkan diri. Saya dan candra segera berebut kamar mandi, membersihkan diri dan mengganti pakaian. Lalu kami makan malam bersama dan ditutup dengan evaluasi dari skipper dan ketua PALMAE. Pukul 08.15 saya dan candra balik ke Jogjakarta dengan sepeda motor. Dalam perjalanan kami saling bercerita kesan pesan kami mengikuti wajib rafting kali ini. Akhir dari cerita saya dan candra yaitu “penyemangat kami hanya 2 yaitu reza dan abi”. Sebari menunggu lampu merah, hati saya berdebar, tertawa kecil, dan tersipu malu. Entah kenapa, ada yang membuat hari saya spesial dihari ini.